( Sumber Google ) |
1. Cedera Olah
Raga
Cedera Olahraga
adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan
cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh. Cedera
olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan
gangguan atau keterbatasan fisik. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa
berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali
hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus
dilakukan secara tim yang multidisipliner.
Jenis-jenis cedera olah raga:
a. Cedera
tulang ,contoh: patah tulang kering atau tulang telapak kaki pada pelari jarak
jauh, disebut juga fatigue fracture.
b. Cedera
otot,Contoh: robekan otot yang sering terjadi pada otot paha bagian depan
(sering terjadi pada sepak bola), atau otot betis (sering terjadi pada tennis)
c. Cedera sendi
,Contoh: pengikat sendi (ligamen) yang teregang berlebihan atau bahkan putus
yang mengakibatkan sendi yang terkena menjadi tidak stabil
2.
Macam-Macam
Cidera Olahraga
a) Sprain
(keseleo)
Sprain
adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan
yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan
stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat
menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri,
inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang paling sering dialami oleh para
pemain sepak bola, Untuk menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang cukup
dan stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya cedera tersebut (Hardianto
Wibowo 1995: 22).
Berikut
ini adalah tingkatan cedera sprain:
i.
Sprain Tingkat I
Pada
cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa
serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa
sakit pada daerah tersebut. cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat
saja karena akan sembuh dengan sendirinya
ii.
Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum
yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan
rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya
tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. kita harus membrikan tindakan
imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat
digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs.
iii.
Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga
kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit,
terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti
biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal. Cedera tingkat ini harus
dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi namun harus diberi pertolongan pertama
terlebih dahulu.
b) Strain.
Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Jenis cedera ini
terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap. Strains sering
terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha
bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik otot betis juga kerap
terjadi pada para pemain bola. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan
diri dari cedera macam ini. Kuncinya dalah selalu melakukan stretching setelah
melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut
(Hardianto Wibowo 1995: 22).
Pengobatan sprain dan strain adalah terapi, yang
dilakukan adalah reset atau istirahat, mendinginkan area cidera, copression
atau balut bagian yang cidera, elevasi atau meninggikan, membebaskan diri dari
beban. Jika nyeri dan bengkak berkurang selama 48 jam setelah cidera, gerakkan
persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cidera sampai
nyeri hilang (biasanya 7-10 hari untuk cidera ringan dan 3-5 minggu untuk
cidera berat), gunakan tongkat penopang ketika berjalan bila dibutuhkan.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16), Cidera derajat
I biasanya sembuh dengan cepat dengan pemberian istirahat, es, kompresi dan
elevasi (RICE). Terapi latihan dapat membantu mengembalikan kekuatan dan
fleksibilitas. Cidera derajat II terapinya sama hanya saja ditambah dengan
immobilisasi pada daerah yang cidera.. Kunci dari penyembuhan adalah evaluasi
dini dengan professional medis.
c) Knee
Injuries
Knee Injuries Adalah cidera yang terjadi karena
adanya paksaan dari tendon. Saat mengalami cidera ini akan merasakan nyeri
tepat dibawah mangkuk lutut setelah melakukan latihan olahraga. Rasa sakit itu
disebabkan oleh gerakan melompat, menerjang maupun melompat dan turun kembali.
Ada
beberapa jenis cedera lutut yang umum dialami oleh pemain bola, yaitu cedera
pada medial collateral ligament, meniscus, dan anterior cruciate ligament, baik
itu sobek pada jaringan, maupun putusnya jaringan tersebut.
d) Compartment
Syndrome.
Para atlet pada umumnya sering mengalami
permasalahan (gangguan rasa nyeri atau sakit) yang terjadi pada kaki bawah
(meliputi daerah antara lutut dan pergelangan kaki). Terkadang rasa sakit/nyeri
tersebut terjadi karena adanya suatu sindrom kompartemen Diagnosa terhadap
sindrom terhadap sindrom tersebut dilakukan dengan cara perkiraan, karena pola karakteristik (gejala) dan rasa
sakit tersebut dan ukuran-ukuran tekanan kompartemennya. Diantara beberapa
penyakit yang menyertai sindrom ini dapat diatasi dengan pembedahan (operasi).
e) Shin
Splints.
Istilah shin aplints kadang-kadang digunakan untuk
menggambarkan adanya rasa sakit (cidera pada kaki bagian bawah yang seringkali
terjadi terjadi akibat melakukan berbagai aktivitas olahraga, termasuk olahraga
lari. Shin splints ada 2 jenis yaitu; a). Anterior Shin Splints, yaitu rasa
sakit yang terjadi pada bagian depan (anterior) dari tulang gares (tibia). B)
Posterior Shin Splints, rasa sakit tersebut terasa pada bagian dalam (medial)
kaki pada tulang tibia
Shin splints disebabkan oleh adanya robekan sangat
kecil pada otot-otot kaki bagian bawah yang berhubungan erat dengan tulang
gares. Pertama-tama akan mengalami rasa sakit yang menarik-narik setelah
melakukan lari. Anterior shin splints disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
otot kaki.
f) Achilles
Tendon Injuries.
Cedera pada tendon achilles ini menempati peringkat
pertama yang sering terjadi pada atlet dan paling sulit untuk
merawat/menyembuhkannya. Cedera tersebut berkisar dari tendinitis ringan sampai
pada pemutusan tendon yang parah. Kunci dari diagnosa tahap-tahap cidera ini
adalah pengenalan pada tanda-tanda dan gejala-gejala yang terjadi.
g) Fractures.
Cedera seperti ini dialami apabila pemain yang
bersangkutan mengalami benturan dengan pemain lain atau sesuatu yang keras.
Cedera fractures tidak hanya terjadi pada bagian kaki macam tulang paha, tulang
kering, tulang selangkangan, atau tulang telapak kaki, tapi juga kerap terjadi
pada lengan, bahu, hingga pergelangan tangan. Untuk menghindari cedera macam
ini, penggunaan pelindung sangat dianjurkan untuk meminimalisir patah atau
retak tulang. Kasus Wayne Rooney merupakan salah satu contoh cedera fractures
yang cukup membuat pusing Alex Fergusson.
Setiap tulang yang mendapatkan tekanan terus-menerus
diluar kapasitasnya dapat mengalami keretakan (stress fracture). Kelemahan pada
struktur tulang sering terjadi pada atlet ski, jogging, berbagai atlet lari,
dan pendaki gunung maupun para tentara, mengalami march fracture.
Macam-macam
patah tulang:
•
Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya
dan tulang keluar.
•
Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan
kulit.
2.Cidera
Pada Cabang Olahraga Sepak Bola
A.
Cedera Ringan yang dimaksud dengan cedera ringan adalah cedera dimana si pemain
masih dapat melanjutkan permainannya misalnya :
a) Luka
lecet
b) Strain
dan strain tingkat Satu
c) Kram
otot
d) Memar
otot (kontusio)
B.
Cedera Berat (dimana si pemain tidak dapat melanjutkan permainnnanya.
a. Cedera
pada kepala : gegar otak atau cedera yang menimbulkan pingsan dan tidak sadar,
pendarahan yang sukar dihentikan, patah tulang hidung
b. Cedera
pada lutut : kontusio,robekan ligamen, robekan otot, dislokasi patella, robekan
meniskus.
c. Cedera
pada pergelangan kaki : patah tulang malleolus medialis tibia , dislokasi
talokruralis , haermarthrose.
3. Penyebab
Cedera Olah Raga
a. Metode Latihan Yang Salah.
Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling
sering dari cedera pada otot dan sendi. Penderita tidak memberikan waktu
pemulihan yang cukup setelah melakukan olah raga atau tidak berhenti berlatih
ketika timbul nyeri.
Setiap kali otot tertekan oleh aktivitas yang
intensif, beberapa otot mengalami cedera dan otot yang lainnya menggunakan
cadangan energinya yang tersimpan sebagai glikogen karbohidrat.
Penyembuhan serat-serat otot dan penggantian glikogen
memerlukan waktu lebih dari 2 hari. Sebagian besar program olah raga
diselenggarakan secara bergantian; hari ini melakukan latihan berat, hari
berikutnya beristirahat atau melakukan latihan ringan.
Hanya perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan ringan setiap hari tanpa mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air membantu melindungi otot dan sendi para perenang.
Hanya perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan ringan setiap hari tanpa mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air membantu melindungi otot dan sendi para perenang.
b. Kelainan Struktural
Kelainan Struktural. Kelainan struktural bisa
menyebabkan seseorang lebih peka terhadap cedera olah raga karena adanya
tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu. Misalnya, jika
panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkai yang
lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar.
Faktor biokimia yang menyebabkan cedera kaki, tungkai
dan pinggul adalah pronasi (pemutaran kaki ke dalam setelah menyentuh tanah). Pronasi
sampai derajat tertentu adalah normal dan mencegah cedera dengan cara membantu
menyalurkan kekuatan menghentak ke seluruh kaki. Pronasi yang berlebihan bisa
menyebabkan nyeri pada kaki, lutut dan tungkai. Pergelangan kaki sangat lentur
sehingga ketika berjalan atau berlari, lengkung kaki menyentuh tanah dan kaki
menjadi rata.
Jika seseorang memiliki pergelangan kaki yang kaku,
maka akan terjadi kebalikannya, yaitu pronasi yang kurang. Kaki tampak memiliki
lengkung yang sangat tinggi dan tidak dapat menyerap goncangan dengan baik,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dan tungkai
(fraktur karena tekanan).
c. Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen
Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada
kekuatan alaminya, maka otot, tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi
lebih peka terhadap cedera jika otot dan ligamen yang menyokongnya lemah. Tulang
yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalami patah tulang (fraktkur).
Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya
cedera.
Satu-satunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang secara bertahap kekuatannya ditambah.
Satu-satunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang secara bertahap kekuatannya ditambah.
4. Gejala
Cedera
Nyeri pertama kali muncul jika serat-serat otot atau
tendon yang jumlahnya terbatas mulai mengalami robekan. Menghentikan latihan
pada saat nyeri terjadi, akan mengurangi cedera pada serat-serat tersebut,
sehingga pemulihan lebih cepat terjadi. Jika latihan tidak segera dihentikan,
maka jumlah serat yang robek akan lebih banyak, sehingga kerusakannya lebih
luas dan penyembuhannya menjadi lebih lama.
5. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, keterangan
dari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
- CT scan
- MRI
- Artroskopi
- Elektromiografi
- Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai
fungsi otot dan sendi.
6.
Pengobatan Cedera
Pengobatan segera untuk hampir semua cedera olah raga
adalah istirahat, kompres es batu dan pengangkatan. Bagian yang terluka segera
diistirahatkan untuk meminimalkan perdarahan dalam dan pembengkakan serta untuk
mencegah bertambah parahnya cedera.
Es batu menyebabkan pembuluh darah mengkerut, membantu mengurangi peradangan dan nyeri. Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan mengangkatnya sampai diatas jantung, akan membantu mengurangi pembengkakan.
Pengompresan dengan es batu dilakukan selama 10 menit. Suatu perban elastik bisa dililitkan secara longgar di sekeliling kantong es batu.
Es batu menyebabkan pembuluh darah mengkerut, membantu mengurangi peradangan dan nyeri. Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan mengangkatnya sampai diatas jantung, akan membantu mengurangi pembengkakan.
Pengompresan dengan es batu dilakukan selama 10 menit. Suatu perban elastik bisa dililitkan secara longgar di sekeliling kantong es batu.
Bagian yang mengalami cedera tetap diangkat, tetapi
kompres es dilepaskan selama 10 menit, setelah itu dikompres lagi selama 10
menit. Hal ini dilakukan secara bergantian dalam waktu 1-1,5 jam. Tindakan
diatas bisa diulang sebanyak beberapa kali selama 24 jam pertama. Es mengurangi
nyeri dan pembengkakan melalui beberapa cara. Daerah yang mengalami cedera
mengalami pembengkakan karena cairan merembes dari dalam pembuluh darah. Dengan
menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah, maka dingin akan mengurangi
kecenderungan merembesnya cairan sehingga mengurangi jumlah cairan dan pembengkakan
di daerah yang terkena. Menurunkan suhu kulit di sekitar daerah yang terkena
bisa mengurangi nyeri dan kejang otot. Dingin juga akan mengurangi kerusakan
jaringan karena proses seluler yang lambat.
Pengompresan dengan es batu terlalu lama bisa merusak
jaringan. Jika suhu sangat rendah (sampai sekitar 15 derajat Celsius), kulit
akan memberikan reaksi sebaliknya, yaitu menyebabkan melebarkan pembuluh darah.
Kulit tampak merah, teraba hangat dan gatal, juga bisa terluka. Efek tersebut
biasanya terjadi dalam waktu 9-16 menit setelah dilakukan pengompresan dan akan
berkurang dalam waktu sekitar 4-8 menit setelah es diangkat. Karena itu es
harus diangkat sebelum efek ini terjadi atau setelah 10 menit, baru dikompreskan
lagi 10 menit kemudian.
Penyuntikan kortikosteroid ke dalam sendi yang terluka
atau jaringan di sekitarnya bisa mengurangi nyeri dan pembengkakan. Tetapi
penyuntikan ini bisa memperlambat penyembuhan, meningkatkan resiko terjadinya
kerusakan tendon dan tulang rawan dan memperburuk cedera karena memungkinkan
penderita menggunakan sendinya yang terluka sebelum sembuh total. Terapi fisik
bisa berupa pemanasan, pendinginan, listrik, gelombang suara, penarikan (traksi)
atau latihan di air, bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap terapi latihan.Lamanya
dilakukan terapi fisik tergantung kepada berat dan kompleksnya cedera yang
terjadi.
Aktivitas atau olah raga yang menyebabkan cedera
sebaiknya dihindari sampai cedera benar-benar sembuh. Lebih baik mengganti
jenis olah raga daripada tidak melakukan aktivitas fisik sama sekali, karena
sama sekali tidak melakukan kegiatan bisa menyebabkan otot kehilangan massa,
kekuatan dan ketahanannya. Pengobatan ankle kaki bisa dilihat di video. :)
( Youtube )
7. Pencegahan
Cedera
Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat
membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan
menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Metode
pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat,
bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak
menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap
sebelum latihan dihentikan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot. Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik.
Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot. Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik.
Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Pelapis sepatu (ortotik) seringkali dapat memperbaiki
masalah kaki seperti pronasi.
Pelapis ini sifatnya bisa lentur, agak kaku atau kaku dan panjangnya bervariasi, disesuaikan dengan sepatu yang digunakan. Sepatu lari yang baik memiliki:
Pelapis ini sifatnya bisa lentur, agak kaku atau kaku dan panjangnya bervariasi, disesuaikan dengan sepatu yang digunakan. Sepatu lari yang baik memiliki:
- sudut tumit yang kaku untuk mengendalikan gerakan
bagian belakang kaki
- sebuah penyangga di sepanjang pelapis untuk mencegah
pronasi yang berlebihan
- sebuah lubang sepatu yang
diberik bantalan untuk menyokong pergelangan kaki. Ayo Jangan Mudah Menyerah !!!! ((((( Bravo Olahraga )))) !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar